Setelah sampai di Sulawesi, mereka membangun rumah yang mirip dengan perahu, tempat mereka diam bertahun-tahun di lautan. Bentuk rumah tersebut sampai sekarang masih digunakan orang Toraja yang senantiasa menghadap ke Utara dari arah nenek moyang mereka datang
Dalam buku "Mengenal Toraja" yang dikenal oleh A. T. Marampa, tokoh masyarakat Tana Toraja disebutkan, data-data diatas merupakan pedoman instik, sisa pikiran yang menghubungkan heridity tempat asalnya. Sebagai contoh, ada satu tiang perahu yang paling dominan, tempat mengikat layar bernama SOMPA . Sedangkan tiang rumah adat yang paling dominan tampak didepan rumah juga bernama tulak SOMPA, ini merupakan persamaan nama dan fungsi antara perahu dan ruma Toraja.
TORAJA menurut beberapa antropolog Belanda berasal dari kata TORIAJA yang artinya orang dari pegunungan. Pemberian nama ini logis karena rata-rata orang Toraja berdiam di daerah pegunungan. Mereka sering turun ke daerah pesisir untuk membeli garam, ikan dll. Orang pesisir juga memerlukan rempah-rempah dari pedalaman.
Transaksi barang antara suku pedalaman dan suku pesisir inilah yang kiranya melahirkan nama TORAJA kepada semua orang dari pedalaman yang tidak hanya satu suku yang sekarang kita kenal dengan Toraja. Ketika orang Belanda datang ke Indonesia tidak ketinggalan penyelidikan antropologi yang ikut serta sampai ke daerah pedalaman.
Buku karangan Sarjana Bangsa Belanda inilah yang mengemukakan pemberian nama TORAJA pada orang yang berasal dari pegunungan. Kalau demikian semua orang yang hidup di daerah pegunungan adalah orang Toraja atau orang Toraja atau Toraja hal mana tidaklah demikian halnya. Tetapi karena orang Barat lebih dulu unggul dari bangsa kita dan karangannya yang memenuhi perpustakaan pendidikan dan bahkan mereka yang mengajar waktu itu di sekolah-sekolah di Indonesia dan kerena bangsa kita belum ada yang sempat mengadakan riset, maka produk bangsa Barat kita ikuti saja tanpa ada keberanian mengoreksi. Situasi politik pada waktu itu tidak pula menguntungkan, kita dalam alam penjajahan seperti saat itu siapa yang berani mengoreksi atasan.
sumber http://www.travelingbreak.com/wp-content/uploads/2014/02/rumah-tongkonan-simbol-budaya-suku-toraja-300x199.jpg
Dalam bahsa Toraja nama Toraja adalah Toraa atau Toraya yang berbeda denga Toriaja, yang sudah dilazimkan dalam setempat menyebutkan dengan TORAA dan ada yang menyebutnya TORAYA.
TORAA terdiri dari kata TO kata RAA. TO artinya orang, RAA artinya harganya murah. Dikaraa artinya didapat dengan murah, ayam jantan dikaraa artinya ayam disayang.
TORAA Artinya orang pemurah hati dan penyayang dan penyayang TOMAMASA berasal dari kata tomamase' yang juga berarti penghasil Tomamasa adalah orang Toraja Barat yang berada di daerah Mamasa.
TORAYA berasal dari kata TO dan kata RAYA. TO adalah berarti orang, RAYA berarti besar. TORAYA artinya orang yang terhormat. TORAA atau TORAYA sama artinya dengan HOSPITALITY dalam bahasa Inggris, yang berarti pemurah hati sebagaimana halnya dengan orang-orang yang bekerja di hospital yang mendahulukan pengabdian dari kepentinganpribadi. Sifat hospitality dari orang-orang Toraja adalah mendahulukan pengorbanan dari pada kemewahan seperti halnya dengan orang yang mengabdikan diri pada pada pertolongan pasien di rumah sakit,
Sifat hospitality dari masyarakt Toraja inilah sala satu daya tarik wisatawan dari bangsa Barat yang datang ke daerah Toraja. Kiranya orang Toraja sudah dapat mengetahui huruf dan tulisan bangsa Eropa dari negeri Belanda waktu itu dengan memberi nama TORIAJA dengan penjelas TO artinya orang, RIAJA dari sebelah gunung mungkin orang Toraja akan lebih keras menolak kehadiran mereka ke daerah ini.
Secara psikologis tidak ada seorang Toraja yang memakan nama Toriaja yang sama dengan arti bahasa derah PA'BULU atau orang gunung. Suatu kenyataan ialah jauh sebelum orang Barat datang ke Sulawesi ini orang Toraja sudah memakai nama TORAA dan TORAYA yang dalam ejaan lam ditulis TORAJA dan mereka memakai nama TORAYA serta memeprtahankan dari luar sepanjang sejarah seperti peristiwa TOPADATINDO dimana perlawanan heroik Toraja bersatu menghancurkan PITU SONGKO' PALO-PALO atau kira-kira 7 bataliyon pasukan musuh dari luar daerah Toraja dan mau mengganti ALUKTODOLO dengan keyakinan kepercayaan lain.
Pada umumnya sumber mata pencaharian orang Toraja ialah bercocok tanam, memelihara binatang ternak seperti ayam, itik , babi, kerbau, ikan mas dan mengusahakan kerajinan tanggang seperti mengukir, menganyam, membuat sepatu, membuat kursi rotan menenun kain dll.
Keberadaan masyarakat Toraja yang hidup bertani dan memelihara hewan membuat beberapa pemuda-pemudi yang merasa mampu untuk bersaing dengan saudara-saudaranya di kota besar meninggalkan kampung halamnnya. Mereka pergi merantau untuk menghadapi tantangan tersebut.
-Sumber dari arikel ini adalah dari buku Kliping Asal-Usul Orang Toraja
yang admin dapatkan fotokopiannya untuk dibagi dalam blog ini.